Mengapa Harus Berserah
Penulis: Ibn ´Atha´illah al-Sakandari
Penulis: Ibn ´Atha´illah al-Sakandari
... jejakilah halaman demi halaman buku ini, insya Allah, Anda akan mendapatkan mutiara zuhud, tawakal, dan ikhlas ...
Ibn Athaillah bermaksud menepis pandangan yang mengesankan kepasrahan sebagai kemalasan. Pasrah kepada pengaturan Allah atau berserah diri kepada kehendak-Nya tidaklah sama dengan berhenti bekerja, berhenti mengais rezeki, ataupun berhenti berdoa lantaran menyerahkan semuanya kepada Allah. Bahkan, adab berharta, mencari rezeki, berusaha, dan berdoa merupakan tema penting dalam buku ini.
Buku ini menawarkan cara tepat untuk memandang hidup. Karenanya, buku ini bak kacamata, yang dengannya matahati kita yang rabun bisa melihat lebih sempurna. Dengan penglihatan yang sempurna, tentulah hidup ini menjadi semakin jelas. Dan dengan jelasnya hidup, tentunya perjalanan kita menempuhnya menjadi lebih lurus dan lancar tidak nabrak-nabrak dan tidak nyasar-nyasar.
Dengan gaya tutur yang menawan, Ibn Athaillah menuntaskan persoalan takdir dan ikhtiar. Menurutnya, setiap manusia wajib berikhtiar, tetapi tugas pertama setiap orang beriman adalah menyandarkan keseluruhan diri dan upayanya kepada Tuhan Sang Pengatur semesta. Tugas utama manusia adalah iman, percaya kepada kekuasaan Allah. Setelah itu, lepaskan semua ketergantungan kepada selain Dia. Sungguh, hanya Dia yang pantas menjadi tumpuan harapan, karena selain Dia tak bisa memberi jaminan keselamatan Itulah rahasia iman. Itulah makna tawakal. Itulah arti zuhud yang sesungguhnya.
Ajaran isqâth al-tadbîr—berserah pada pengaturan Allah sebetulnya juga melatih kecerdasan emosional-spiritual. Dengan bersandar kepada Allah, dan percaya bahwa Dia selalu memberikan yang terbaik, kita melipatgandakan rasa optimis kita terlepas dari betapa buruk hal-hal yang menimpa kita di mata orang. Dengan tak pernah lalai bahwa Allah Maha Menolong dan Mahakuasa, dengan tak pernah kehilangan rasa butuh kepada-Nya, kita menjadi terbebas dari penjara keterbatasan, dan merasa lapang sekalipun dikepung oleh berbagai ketidakmungkinan serasa menjadi pemenang-dalam-hidup selamanya.
Ibn Athaillah bermaksud menepis pandangan yang mengesankan kepasrahan sebagai kemalasan. Pasrah kepada pengaturan Allah atau berserah diri kepada kehendak-Nya tidaklah sama dengan berhenti bekerja, berhenti mengais rezeki, ataupun berhenti berdoa lantaran menyerahkan semuanya kepada Allah. Bahkan, adab berharta, mencari rezeki, berusaha, dan berdoa merupakan tema penting dalam buku ini.
Buku ini menawarkan cara tepat untuk memandang hidup. Karenanya, buku ini bak kacamata, yang dengannya matahati kita yang rabun bisa melihat lebih sempurna. Dengan penglihatan yang sempurna, tentulah hidup ini menjadi semakin jelas. Dan dengan jelasnya hidup, tentunya perjalanan kita menempuhnya menjadi lebih lurus dan lancar tidak nabrak-nabrak dan tidak nyasar-nyasar.
Dengan gaya tutur yang menawan, Ibn Athaillah menuntaskan persoalan takdir dan ikhtiar. Menurutnya, setiap manusia wajib berikhtiar, tetapi tugas pertama setiap orang beriman adalah menyandarkan keseluruhan diri dan upayanya kepada Tuhan Sang Pengatur semesta. Tugas utama manusia adalah iman, percaya kepada kekuasaan Allah. Setelah itu, lepaskan semua ketergantungan kepada selain Dia. Sungguh, hanya Dia yang pantas menjadi tumpuan harapan, karena selain Dia tak bisa memberi jaminan keselamatan Itulah rahasia iman. Itulah makna tawakal. Itulah arti zuhud yang sesungguhnya.
Ajaran isqâth al-tadbîr—berserah pada pengaturan Allah sebetulnya juga melatih kecerdasan emosional-spiritual. Dengan bersandar kepada Allah, dan percaya bahwa Dia selalu memberikan yang terbaik, kita melipatgandakan rasa optimis kita terlepas dari betapa buruk hal-hal yang menimpa kita di mata orang. Dengan tak pernah lalai bahwa Allah Maha Menolong dan Mahakuasa, dengan tak pernah kehilangan rasa butuh kepada-Nya, kita menjadi terbebas dari penjara keterbatasan, dan merasa lapang sekalipun dikepung oleh berbagai ketidakmungkinan serasa menjadi pemenang-dalam-hidup selamanya.
LINK:
Mengapa Harus Berserah
Beli Via Toko Buku Serambi Online
Lini: Pustaka Islam Klasik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar